Tulungagung, AZMEDIA.CO.ID – Dinas Perhubungan (Dishub) Tulungagung akan mempercantik Area Perkotaan dari Jl. Teuku Umar hingga Jl. Basuki Rahmad, Tulungagung.
Upaya itu juga untuk meningkatkan kualitas ruang publik di Kabupaten Tulungagung.Wajah Baru ini akan dipercantik dengan dilengkapi Fasilitas Umum seperti, Tempat Parkir Mobil Dan Motor, Tempat sampah, Lampu Penerangan, Dan Bangku Tempat Duduk. Tepatnya di sisi timur samping jalan Teuku Umar Mulai dari sisi Selatan sampai Utara.
“Nanti di Jl. Teuku Umar Hingga Jl. Basuki Rahmat yang akan kita desain ulang (redesign),” kata Kepala Dinas Perhubungan Tulungagung, Bagus di kantor Dishub Tulungagung, Selasa 07 November 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini dilakukan untuk upaya wajah kota Tulungagung semakin ramai dikunjungi dan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pada pejalan kaki dan pesepeda yang melintas di kawasan itu.
Bagus menjelaskan revitalisasi ini bertujuan untuk bisa lebih fungsional dengan mengedepankan dari sisi desain konstruksi hingga kebersihan yang selalu menjadi sorotan publik.
“Saat ini kami sedang melakukan upaya baik itu dengan memelihara dari sisi konstruksi, kebersihan dan keindahan bahkan mendesain ulang trotoar dengan bentuk atau desain yang lebih fungsional,” katanya.
Karena itu, dia berharap ada support anggaran perbaikan di APBD Perubahan 2023 atau APBD 2024, sehingga revitalisasi bisa dilakukan.
Yang menarik dalam desain kali ini adalah Ditambahkannya Unsur Sejarah dan budaya pada desain yang baru menjadikan wajah kota tulungagung akan sangat melekat dengan potensi budaya dan sejarah kabupaten Tulungagung.
Lampu Penerangan yang bertuliskan “WAJAKENSIS” Mengingatkan kita dalam sejarah Manusia Purba yang ditemukan pada Tahun 1889 Di Desa wajak, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Homo wajakensis atau manusia dari Wajak digolongkan sebagai Homo sapiens pertama di Asia.
Sedangkan Ornamen Reog Kendang adalah kesenian tradisional dari Kabupaten Tulungagung yang berbeda dengan reog lainnya. Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul.