Tulungagung,AZMEDIA.CO.ID-Belum kering air mata kita dengan petaka Gunung Marapi di Sumbar yang merenggut banyak korban jiwa di penghujung 2023, Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, NTT, meletus lagi. Pada hari pertama 2024 aktivitas vulkanik gunung kembar di NTT itu berlanjut, abu pekat setinggi 300 meter menyeruak dari puncak, seolah memberikan tanda-tanda, bahwa setiap orang yang ada di sekitarnya perlu waspada.
Aktivitas vulkanik itu terus berlanjut, hingga per tanggal 9 Januari 2024 pukul 23.00 Wita, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya menaikan status Gunung Api Lewotobi Laki-Laki dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV), level paling berbahaya pada gunung api.

PVMBG menyatakan kenaikan status gunung itu diberikan usai pengamatan secara visual selama 1-9 Januari 2024. Tim menemukan adanya aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang menunjukkan peningkatan tinggi kolom erupsi maksimum 1.500 meter dari pusat erupsi yang berada pada area sebelah barat laut-utara kawah.
Selain itu teramati sinar api dan lontaran material pijar di bagian puncak dan aliran lava di bagian rekahan berarah barat laut-utara dari puncak. Kemudian tremor menerus mengalami peningkatan amplitudo yang menunjukkan terjadinya peningkatan energi erupsi.
Usai dinyatakan naik status menjadi Awas (Level IV), Gunung Lewotobi Laki-Laki hampir setiap hari erupsi. Catatan terakhir pada 22 Januari 2024, Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah utara dan timur laut. Suhu udara sekitar 23-26 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Guguran teramati dengan jarak 1000-1500 meter dari puncak, guguran mengarah ke utara. Sedangkan kegempaan tercatat sebanyak 31 kali gempa guguran, 1 kali gempa tektonik jauh dan 1 kali gempa tremor menerus.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Anselmus Bobyson Lamanepa, Minggu (21/1/2024), pukul 12.49 Wita terjadi erupsi atau letusan kembali.
“Tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 700 m di atas puncak atau kurang lebih 2.284 meter di atas permukaan laut,” tulisnya di laman Magma, dicuplik Senin, 22 Januari 2024.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan timur laut. Letusan terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi 36 detik.
Rekomendasi yang diterbitkan bagi masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung ataupun wisatawan yakni tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 5 Kilometer dari pusat letusan dan sektoral 6 Kilometer ke arah Utara dan Timur Laut.
Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan mengikuti arahan pemerintah daerah serta tidak mempercayai berbagai isu yang tidak jelas sumbernya.
“Jika terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kaca mata),” tulis Anselmus.
Selain itu masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki harus mewaspadai potensi banjir lahar dingin pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
Usai tragedi banyak pendaki tewas, Gunung Marapi hingga saat ini masih terus mengalami aktivitas vulkanik. Catatan terakhir, Minggu (21/12024), pukul 22.25 WIB, Gunung Marapi kembali erupsi.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Marapi, Ahmad Rifandi melaporkan, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 7.1 mm dan durasi 43 detik, dengan tinggi kolom tidak teramati.
Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki, pengunjung atau wisatawan masih dilarang memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 Kilometer dari pusat erupsi di Kawah Verbeek.
Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran, bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan,” kata Ahmad.
Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker, penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Badan Geologi meminta seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Jalan Prof Hazairin No 168 Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas Gunung Marapi.
Begitu juga dengan Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Catatan terakhir, Gunung Ibu meletus lagi pada hari Sabtu (20/1/2024), pukul 08.57 WIT. Laporan petugas Pos Pengamatan Gunung Ibu, Axl Roeroe, tinggi kolom letusan teramati setinggi 1.300 meter di atas puncak atau setara 2.625 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 129 detik.
“Masyarakat di sekitar Gunung Ibu dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 2,0 km dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu,” tulis Axl.
Sementara di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur, Gunung Semeru masih terus bergejolak. Catatan terakhir, Sabtu (20/1/2024), pukul 10.02 WIB, Mahameru meletus dengan kolom abu teramati 500 meter di atas puncak.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Liswanto meneyebutkan, tinggi kolom letusan teramati sekitar 500 meter di atas puncak atau 4.176 meter di atas permukaan laut. Pada waktu itu kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
“(masyarakat) Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak atau pusat erupsi,” kata Liswanto.
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 Kilometer dari kawah atau puncak gunung api karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Peningkatan kewaspadaan juga harus ditingkat karena adanya potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
“Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” jelas Liswanto.
Berbeda dengan Gunung Ibu dan Semeru, Gunung Ili Lewotolok lebih dulu mengalami erupsi pada Jumat (19/1/2024), pukul 22.14 Wita dan hingga ini masih terus bergejolak.
Gunung api yang berada di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, mengembuskan kolom letusan setinggi 400 meter di atas puncak atau 1.823 meter di atas permukaan laut.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, Syawaludin, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut dan timur.
“Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 32.8 mm dan durasi 75 detik,” jelas Syawaludin.
Pada tingkat aktivitas Level II (Waspada) ini, masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 2 kilometer dari pusat aktivitas gunung api.
Untuk masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.
Direkomendasikan pula untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
“Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan,” terang Syawaludin.
Sedangkan di Jawa Tengah, sejumlah wilayah di Kabupaten Klaten dilanda hujan abu akibat erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Minggu siang kemarin (21/1/2024).
“Akibat aktivitas Gunung Merapi yang terjadi siang ini pukul 13.55 WIB, telah terjadi awan panas guguran mengarah ke barat atau barat daya, namun angin mengarah ke timur,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten Nurcahyo.
Akibat kejadian tersebut, sejumlah wilayah Klaten terdampak abu vulkanik namun tidak terlalu signifikan.
“Langsung tersapu air hujan, ini terjadi di Dukuh Pajegan, Desa Tegalmulyo dan di Girpasang,” katanya.
Ia mengatakan erupsi ini terlihat dari berbagai wilayah di kawasan rawan bencana (KRB) III, yakni Balerante, Tegalmulyo, dan Sidorejo.
“Namun tiga daerah ini dalam kondisi aman terkendali. Sementara untuk abu vulkanik sempat terpantau di Tegalmulyo, khususnya di Girpasang dan Pajegan,” katanya.
Ia mengatakan saat ini BPBD Kabupaten Klaten sedang melakukan koordinasi dan juga pemantauan serta memberikan imbauan kepada masyarakat agar tetap tenang.
“Karena semua informasi berasal dari BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi). Sejauh ini dampak langsung di KRB III Kabupaten Klaten belum signifikan,” katanya.
Meski demikian, dikatakannya, tetap perlu ada kesiapsiagaan dan kewaspadaan dari seluruh relawan, pemerintah desa, kecamatan, dan para pemangku kepentingan.
Sementara itu, hujan abu juga terjadi di Kabupaten Boyolali. Bahkan, hujan abu terjadi hingga wilayah kota yang berjarak sekitar 17 km dari puncak Gunung Merapi.
Terakhir gunung api yang tercatat oleh laman Magma Badan Geologi yaitu Gunung Dukono. Gunung Dukono berada di utara Pulau Halmahera, Maluku.
Gunung Dukono yang memiliki tinggi 1.335 meter diatas permukaan laut (mdpl) terdiri dari beberapa kawah berapi dengan aktivitas tinggi.
Dilaporkan petugas Pos Pengamatan Gunung Dukono, Sarjan Roboke, letusan atau erupsi terkahir terjadi pada hari Kamis, 18 Januari 2024, pukul 09.18 WIT.
“Tinggi kolom letusan teramati setinggi 1.800 meter di atas puncak atau 2.887 meter di atas permukaan laut,” kata Sarjan.