Tulungagung,AZMEDIA.CO.ID-Terdapat sebuah fenomena aneh yang terjadi di Dusun Grobogan, Desa Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.
Setiap hari Jumat, kawasan tersebut mendadak dipenuhi puluhan pengemis yang tidak diketahui darimana asalnya.
Mirisnya, pengemis yang mayoritas ibu-ibu itu melibatkan dan mengeksploitasi anak dibawah umur dalam meminta belas kasih masyarakat.
Dari observasi yang koran ini lakukan, dalam hitungan 2 jam saja setidaknya sudah ada 7 orang pengemis yang lalu lalang di wilayah Dusun Grobogan, Desa Mangunsari.
Semuanya berciri-ciri perempuan dengan berpakaian lusuh, serta menggunakan masker penutup wajah. Setiap perempuan, membawa satu atau dua orang anak untuk menambah kesan iba.
Menurut salah satu warga Desa Mangunsari yang namanya enggan disebutkan, fenomena ini sudah berlangsung sejak lama. Tepatnya tahun berapa, pria tersebut secara pasti tidak mengetahuinya.
“Yang jelas ini sudah lama, kalau mulainya kapan saya tidak tahu persisnya,” jelas pria tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut dia, fenomena ini terjadi setiap hari jumat saja. Selain hari sayyidul ayyam (rajanya hari) itu, praktis tidak ada satupun pengemis dengan membawa anak dibawah umur yang muncul.
Kemudian darimana mereka berasal, sampai sekarang warga sekitar Dusun Grobogan juga belum mengetahui secara pasti.
Mereka ini darimana, sampai sini naik apa, dan mulai jam berapa datang belum diketahui. Tapi yang jelas jumlahnya banyak, mencapai puluhan pastinya. Karena mereka selalu memakai masker kami juga tidak bisa mengenalinya,” katanya.
Kedatangan para pengemis setiap hari jumat itu tentunya ada penyebabnya. Masyarakat sekitar menduga ada hubungannya dengan salah satu pondok di kawasan tersebut yang membuka jadwal kunjungan santri pada hari jumat.
Sehingga, memang banyak aktivitas kunjungan orang tua ke anaknya yang di pondok dan dimungkinkan mengundang puluhan pengemis itu.
“Mereka pasti bolak balik dari selatan ke utara, kemudian dari utara kembali lagi keselatan. Dan kalau petang sudah tiba, mereka sudah tidak ada,” tutupnya.
Koran ini berkesempatan berkomunikasi dengan salah seorang anak dibawah umur yang sendirian mengemis pada kawasan Dusun Grobogan. Anak laki-laki itu usianya mungkin sekitar 5 tahun.
Jumat kemarin, tangan kirinya tampak menggenggam sejumlah uang pecahan Rp1000 dan Rp2000, sedangkan tangan kanannya diulurkan untuk meminta sejumlah uang.
Saat ditanya asalnya, anak tersebut mengatakan berasal dari Kabupaten Blitar. Dengan polos, dia juga mengaku dari Blitar ke Mangunsari diantarkan oleh orang tuanya.
Dari Blitar, tadi kesini diantar,” katanya singkat, kemudian beranjak pergi.
Sementara salah satu pengunjung salah satu warung di kawasan tersebut, Trubus Gondo Permadi mengaku cukup terganggu dengan keberadaan puluhan pengemis itu.
Cukup tragis karena mereka melibatkan anak yang masih dibawah umur untuk mencari belas kasihan masyarakat.
“Bukan masalah uang pecahan yang kita berikan sebenarnya, tapi kasian kalau melihat anak kecil sudah diajak mengemis seperti itu,” katanya.
Dia berharap, pemerintah setempat bisa melakukan tindakan untuk melakukan penertiban terhadap fenomena ini. Agar, tidak ada eksploitasi anak yang terjadi.
Kemudian, orang-orang yang berkunjung di pinggir kali Desa Mangunsari juga semakin nyaman.
“Harapannya pemerintah bisa melakukan tindakan kepada para pengemis yang menbawa anak-anak ini,” tutup pria asal Kelurahan Bago, Kecamatan Kota itu.***